KPFM BALIKPAPAN – Kalimantan Timur telah memasuki musim kemarau sejak awal Juli 2025, namun hujan sesekali turun. BMKG menyebut fenomena ini sebagai kemarau basah, kondisi di mana hujan tetap terjadi walau intensitasnya rendah.
“Artinya, meskipun kemarau, hujan masih bisa terjadi, meskipun tidak seintens musim hujan,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, Kamis 31 Juli 2025.
BMKG memprediksi kemarau berlangsung hingga September, dengan puncaknya pada Agustus. Curah hujan di bawah 150 mm per bulan tetap tergolong kemarau. Siklon tropis di wilayah utara Indonesia seperti Filipina, Manado, dan Papua bagian utara disebut menjadi salah satu penyebab pola cuaca ini.
"Meski hujan turun sesekali, risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap tinggi. Diharapkan masyarakat untuk tetap menghemat air, menjaga kesehatan, dan mewaspadai potensi ISPA akibat debu," ungkapnya.
Baca Juga: DPRD USULKAN REVOLUSI DRAINASE UNTUK ATASI BANJIR DI BALIKPAPAN
Satuan Brimob Polda Kaltim menyatakan siaga penuh menghadapi potensi karhutla. “Risiko karhutla meningkat di musim kemarau. Seluruh personel dan peralatan telah disiagakan,” tegas Komandan Satbrimob Polda Kaltim, Kombes Pol Andy Rifai.
Edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar terus dilakukan. “Pencegahan lebih penting daripada pemadaman. Dampak kebakaran tidak hanya pada api, tetapi juga lingkungan dan kesehatan jangka panjang,” lanjut Andy.
Kabagops Satbrimob Polda Kaltim, AKP Widihyanto Nugroho, menambahkan koordinasi telah diperkuat bersama BPBD, Manggala Agni, dan pemerintah daerah. Patroli rutin di titik rawan kebakaran juga dilakukan sebagai deteksi dini untuk mencegah kebakaran meluas.
(FREDY JANU/KPFM)