KPFM BALIKPAPAN — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Kota Balikpapan mengalami inflasi sebesar 0,82 persen secara bulanan (mtm) pada Juni 2025.
Angka ini menjadikan inflasi tahun kalender mencapai 2,16 persen dan inflasi tahunan 1,77 persen, masih berada dalam rentang target nasional sebesar 2,5 persen ±1 persen.
Sebaliknya, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru mencatat deflasi sebesar 0,22 persen pada periode yang sama. Hal ini menandai tren harga yang berlawanan antara dua wilayah yang berdekatan di Kalimantan Timur.
Inflasi di Balikpapan didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat selama libur panjang dan momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha.
Permintaan tinggi menyebabkan kenaikan harga pada sejumlah komoditas utama, antara lain angkutan udara, beras, bimbingan belajar, bahan bakar rumah tangga, dan kacang panjang.
“Kenaikan tarif angkutan udara salah satunya dipicu oleh tingginya mobilitas warga selama long weekend dan libur Idul alAdha,” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, Senin 7 Juli 2025.
Baca Juga: WARNA BARU X-RIDE 125 TAMPIL TANGGUH DAN FRESH SIAP JELAJAH PETUALANGAN BARU
Di sektor pangan, terbatasnya pasokan beras dan hasil pertanian seperti kacang panjang turut mendorong inflasi. Musim hujan yang berkepanjangan menurunkan hasil produksi petani dan meningkatkan biaya usaha tani.
Namun, tidak semua komoditas mengalami kenaikan. Harga daging ayam ras, angkutan laut, dan cabai rawit justru turun, memberikan andil deflasi, terutama dari kelompok pakaian dan alas kaki. Penurunan tarif angkutan laut terjadi berkat diskon tarif nasional sebesar 50 persen yang berlaku sejak 5 Juni 2025.
Sementara itu, PPU mencatat deflasi karena melimpahnya pasokan komoditas pangan seperti daging ayam ras, ikan tongkol, dan sawi hijau. Masuknya pasokan ayam beku dari Jawa serta hasil tangkapan laut yang melimpah memperkuat tekanan penurunan harga.
Meski demikian, PPU tetap mencatat inflasi tahunan sebesar 1,26 persen, dengan penyumbang utamanya adalah komoditas tomat, beras, dan sigaret kretek tangan (SKT). Produksi yang menurun akibat hujan menjadi faktor utama kenaikan harga hortikultura di wilayah ini.
Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah melalui TPID terus memperkuat sinergi pengendalian inflasi lewat berbagai strategi, seperti gelar pangan murah, operasi pasar, dan penguatan kerja sama antar daerah.
Selain itu, BI juga menggencarkan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga stabilitas harga hingga 2027.
Survei konsumen oleh BI Balikpapan menunjukkan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi tetap tinggi. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik menjadi 137,3 dari 128,1 pada Mei, mengindikasikan optimisme yang berlanjut meski tekanan inflasi meningkat.