KPFM BALIKPAPAN - Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pada 2025 berdampak signifikan terhadap industri perhotelan di Balikpapan.
Pemangkasan dana di berbagai kementerian dan lembaga, termasuk proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN), menyebabkan penurunan tingkat hunian hotel yang cukup drastis.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Sugianto, mengungkapkan bahwa kondisi bisnis hotel dan restoran pada 2025 jauh lebih sulit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Secara nasional, sektor ini mengalami penurunan pendapatan hingga 20 persen. Di Balikpapan sendiri, tingkat hunian hotel rata-rata hanya 30 persen pada Januari hingga Februari 2025, jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang masih mencapai 50 persen,” ujarnya, Sabtu 8 Maret 2025.
Dengan tingkat hunian yang terus merosot, tantangan utama bagi hotel di Balikpapan adalah menutup biaya operasional.
“Banyak hotel yang kini harus berpikir kreatif untuk mencari peluang, seperti membidik kegiatan yang masih memiliki anggaran. Namun, dengan bertambahnya hotel baru, persaingan juga semakin ketat,” jelas Sugianto.
Meski menghadapi tekanan besar, ia mengingatkan pelaku usaha agar tidak terjebak dalam perang harga yang justru merugikan industri.
“Kalau kita banting harga, yang rugi kita sendiri. Lebih baik bersaing lewat strategi dan inovasi,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris PHRI Balikpapan, Derry Indrawardhana, menegaskan bahwa pihaknya tengah mencari pasar alternatif di luar sektor pemerintah.
“Kami mencoba menarik event nasional dari asosiasi dan perusahaan agar lebih banyak acara digelar di Balikpapan. Ini bisa mendongkrak tidak hanya sektor perhotelan, tapi juga transportasi dan UMKM,” tuturnya.
Untuk mendukung langkah tersebut, PHRI Balikpapan berencana mengadakan audiensi dengan Wali Kota guna mengusulkan reaktivasi badan pariwisata kota.
“Kami ingin agar Balikpapan lebih agresif dalam menggalang event skala besar. Dengan begitu, hotel dan sektor lain tetap bisa bertahan di tengah situasi sulit ini,” tambahnya.
Di tengah persaingan yang semakin ketat, pelaku usaha hotel kini menerapkan strategi switching market, yaitu mengalihkan fokus dari pasar pemerintah ke sektor lain yang masih memiliki potensi.
Namun, untuk memastikan keberlanjutan industri, diperlukan koordinasi erat antara pengusaha, pemerintah daerah, dan asosiasi industri guna menciptakan solusi bersama.
“Kami berusaha keras bukan hanya untuk bertahan, tapi juga untuk menjaga roda ekonomi Balikpapan tetap bergerak,” ucapnya.