KPFM BALIKPAPAN – Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat deflasi pada Agustus 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, deflasi Kota Balikpapan sebesar 0,73 persen (mtm), sementara PPU mencatat deflasi 0,78 persen (mtm).
“Kondisi ini masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional, menunjukkan harga-harga pokok relatif terkendali,” ujar Robi Ariadi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan dalam keterangan pers, Selasa 9 September 2025.
Di Balikpapan, penurunan harga terbesar datang dari kelompok Transportasi dengan andil deflasi 0,30 persen. Lima komoditas utama penyumbang deflasi adalah angkutan udara, tomat, bahan bakar rumah tangga, hingga cabai rawit.
Penurunan tarif angkutan udara, misalnya, terjadi karena belum pulihnya harga pasca diskon transportasi dan tambahan rute penerbangan. Sementara harga tomat dan cabai rawit menurun akibat panen raya di sentra produksi.
Baca Juga: DOMINASI TANPA HASIL, GARUDA BELAJAR SABAR HADAPI TEMBOK LEBANON
Meski begitu, beberapa komoditas justru mengalami inflasi, terutama kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,02 persen.
Bawang Merah, Ikan Layang, dan Angkutan Laut mengalami kenaikan harga karena pasokan terbatas, cuaca ekstrem, dan kenaikan biaya BBM.
Sementara itu, di PPU, deflasi terbesar datang dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,81%), didorong melimpahnya pasokan tomat, cabai rawit, semangka, sawi hijau, dan kacang panjang.
Sebaliknya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatat inflasi 0,02 persen, terutama dipicu kenaikan harga ikan layang, beras premium, dan ketimun.
“Kami terus memantau risiko inflasi dari cuaca ekstrem dan gelombang laut tinggi yang dapat memengaruhi pasokan komoditas pertanian dan perikanan. Sinergi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan TPID akan terus dilakukan untuk menjaga stabilitas harga," ujar Robi.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah menjalankan berbagai langkah pengendalian, termasuk pemantauan harga, operasi pasar, gelar pangan murah, dan mendorong pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura. Targetnya, inflasi daerah tetap berada di kisaran 2,5% ± 1% pada 2025.
(FREDY JANU/KPFM)