KPFM BALIKPAPAN — Komitmen Karantina Kalimantan Timur terhadap konservasi satwa dilindungi kembali dibuktikan lewat dukungannya dalam pengiriman sampel biologis untuk pengembangan teknologi reproduksi satwa langka.
Pada Kamis 12 Juni 2025, petugas Karantina Hewan melakukan sertifikasi dan pemeriksaan ketat terhadap sampel-sampel yang akan digunakan dalam program Bio Bank dan Teknologi Reproduksi Berbantu (Assisted Reproductive Technology/ART).
Sampel biologis yang dikirim meliputi tiga tabung darah utuh (EDTA), dua tabung biopsi kulit, dua tabung biopsi gingiva, tiga microtube serum, dan satu tabung jaringan ovarium.
Sampel-sampel ini berasal dari satwa prioritas konservasi nasional seperti Badak Jawa, Badak Sumatera, dan Gajah Sumatera.
Mereka akan dikirim ke empat institusi utama, yakni Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Balai Taman Nasional Way Kambas, BKSDA Kalimantan Timur, dan Taman Safari Indonesia Prigen.
Kepala Karantina Kaltim, Arum Kusnila Dewi, menjelaskan bahwa pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan seluruh sampel bebas dari Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) serta tetap layak pakai hingga sampai ke laboratorium tujuan.
“Tugas kami adalah menjamin keamanan biologis dan viabilitas setiap materi genetik. Ini sangat krusial bagi keberhasilan proses konservasi lanjutan,” ujarnya.
Menurut Arum, dua tujuan utama pengiriman ini adalah untuk Bio Bank, sebagai pusat penyimpanan jangka panjang materi genetik, dan ART, teknologi reproduksi berbantu seperti fertilisasi in-vitro dan inseminasi buatan.
Teknologi ini menjadi harapan besar untuk memperbanyak populasi satwa yang populasinya kian menyusut akibat perburuan, kehilangan habitat, dan isolasi genetik.
Langkah ini mencerminkan sinergi antara lembaga konservasi, ilmuwan, dan institusi karantina dalam mengembangkan pendekatan ilmiah demi menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.
Dengan sertifikasi yang ketat dan dukungan teknologi, upaya konservasi kini tidak lagi hanya mengandalkan habitat alam, tetapi juga bergeser ke laboratorium demi masa depan spesies yang terancam punah.
(FREDY JANU/KPFM)